Logo yose.is-a.dev
Kepemilikan dan Kedaulatan Data Masyarakat Adat

Kepemilikan dan Kedaulatan Data Masyarakat Adat

October 30, 2024
4 min read
Table of Contents

Jaga Data-Data Masyarakat Adat Agar Tidak Keluar dari Masyarakat Adat.

Banyak kasus di mana data masyarakat adat hanya diambil untuk penelitian atau pelatihan produk, tetapi hasilnya tidak kembali dan tidak berkontribusi kepada komunitas adat tersebut. Data ini sering kali digunakan untuk keuntungan perusahaan atau institusi luar yang memiliki kontrol penuh, memanfaatkan data tersebut sesuai kebutuhan mereka. Mereka bisa melatih produk apa pun yang mereka mau, menambah kecerdasan model AI dengan pola pikir dan pengetahuan masyarakat adat yang dalam, tanpa memahami sejarah dan konteks budaya aslinya.

Ini sangat rentan terhadap penyalahgunaan.

Contoh nyata adalah bagaimana perusahaan farmasi dan pertanian sering mengumpulkan pengetahuan tradisional dari komunitas adat Amazon untuk mengembangkan obat, kosmetik, dan produk pertanian. Sayangnya, perusahaan ini sering tidak menghormati perjanjian yang bisa memberi keuntungan atau kendali kepada komunitas adat atas pengetahuan mereka yang sudah berkontribusi besar pada penemuan-penemuan ini.

Di Hawaii, beberapa perusahaan mengumpulkan data bahasa Hawaii dan praktik-praktik budaya untuk mengembangkan model AI atau konten komersial. Hal ini sering menghasilkan produk yang salah interpretasi atau tidak memuat detail budaya yang sebenarnya, sehingga bisa menyesatkan konsumen bahkan menyinggung masyarakat Hawaii.

Contoh lainnya di Kanada, di mana penelitian tentang data genetik suku First Nations kerap memicu kontroversi. Ada kasus di mana data genetik ini disebarluaskan tanpa persetujuan penuh dan jelas dari komunitas terkait. Akibatnya, muncul ketakutan bahwa data ini bisa disalahgunakan untuk tujuan yang tidak menguntungkan komunitas, seperti menciptakan stereotip atau kebijakan kesehatan yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka.

Di Australia, perusahaan AI menggunakan gaya seni adat Australia untuk melatih model generatif yang menghasilkan karya seni serupa tanpa memberi kredit atau imbalan pada komunitas aslinya. Produk dari model ini sering kali tidak sesuai budaya, bahkan dapat merusak makna budaya yang sebenarnya dan mengikis keaslian tradisi.

Kasus lain adalah seni tekstil tradisional “mola” dari suku Kuna di Panama. Pola-pola mola mereka sering dijiplak dan dijual secara komersial oleh perusahaan-perusahaan tanpa bagi hasil atau pengakuan yang semestinya bagi komunitas Kuna. Akibatnya, budaya mereka menjadi komoditas yang diperjualbelikan tanpa memperhatikan nilai sejarah dan tradisi yang ada.

Kenapa Ini Merugikan

  1. Hilangnya Kepemilikan Budaya Ketika data atau pengetahuan adat diambil tanpa izin, komunitas kehilangan kendali atas bagaimana warisan budaya dan pengetahuan mereka direpresentasikan, dilestarikan, atau dimodifikasi. Ini dapat mengurangi makna unsur-unsur budaya, memisahkan mereka dari konteks aslinya, dan merusak otonomi kelompok adat atas identitas mereka sendiri.

  2. Eksploitasi Ekonomi Banyak perusahaan mendapat keuntungan dari penggunaan pengetahuan atau data adat tanpa memberi imbalan kepada komunitas. Ini menghalangi masyarakat adat dari berbagi keuntungan ekonomi dan memperparah siklus kemiskinan dan keterpinggiran dalam komunitas mereka.

  3. Salah Informasi dan Representasi Budaya Model AI atau produk yang salah menggambarkan budaya adat dapat menyebarkan informasi yang keliru. Hal ini bisa memperkuat stereotip, salah paham, atau bahkan rasisme. Representasi yang salah dapat merugikan kelompok adat dengan merendahkan keyakinan, bahasa, atau praktik budaya mereka, dan bahkan menghapus aspek unik identitas mereka.

  4. Erosi Kepercayaan Penyalahgunaan data dapat merusak kepercayaan antara komunitas adat dengan institusi atau perusahaan. Ketidakpercayaan ini menyebabkan komunitas semakin enggan terlibat dalam penelitian atau kemitraan yang sebenarnya bisa bermanfaat bagi mereka.

  5. Masalah Etis dan Hukum Penyalahgunaan data adat sering menimbulkan pertanyaan etika tentang persetujuan, kepemilikan, dan hak kekayaan intelektual. Kedaulatan data adat—prinsip bahwa masyarakat adat harus mengontrol data mereka dan penggunaannya—semakin diakui sebagai hak yang penting, tetapi hak ini sering dilanggar. Penyalahgunaan data seperti ini bisa memicu konflik hukum dan sosial yang berkepanjangan.

Gerakan menuju kedaulatan data adat sangat penting untuk memastikan komunitas adat bisa mendapatkan manfaat dan kendali atas sumber daya budaya mereka. Karena itu, kolaborasi dan praktik pengumpulan data harus dilakukan dengan cara yang saling menghormati, transparan, dan menguntungkan.